http://www.4shared.com/document/9QHtlorz/header_blogku.html Zara Blog Spot

The content presented here requires JavaScript to be enabled and the latest version of the Macromedia Flash Player. If you are you using a browser with JavaScript disabled please enable it now. Otherwise, please update your version of the free Flash Player by downloading here.

Senin, 07 November 2011

Selamat Tinggal Kegelapan

SELAMAT TINGGAL KEGELAPAN
PENDAHULUAN
Dusun Batu Langgaya adalah salah satu dusun di Wilayah Desa Bonto Bulaeng Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng provinsi Sulawesi Selatan. Dusun ini merupakan dusun terpencil yang yang jareang dikunjungi oleh para pejabat, bukan karena sulitnya medan untuk mencapaianya, tetapi lebih disebabkan oleh tidak banyaknya potensi yang dimiliki oleh desa ini.
Apalagi kalau malam hari, dusun ini menjadi gelap gulita dimana masing – masing rumah hanya diterangi oleh satu sampai dua lampu teplok minyak yang berbahan bakar minyak tanah.
Rekam jejak sejarah dusun Batu Langgaya tidak banyak yang tahu sejak tahun berapa masyarakat mulai menjadikan lokasi ini sebagai wilayah pemukiman, namun yang pasti msyarakat dusun ini sangat yakin bahwa nenek moyang mereka sudah sejak lama mendiami wilayah ini, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan sudah beberapa generasi yang merasa bahwa mereka lahir dan berkembang di wilayah dusun ini.  Yang paling pasti dari sejarah dusun ini, sampai dengan tahun awal tahun  2010, masyarakat di dusun ini tidak pernah merasakan dan menikmati penerangan listrik. Ironis memang, setelah 60 Tahun Indonesia merdeka, masih terlalu banyak lokasi yang belum tersentuh penerangan listrik. Kondisi ini berimplikasi pada tingkat perkembangan SDM karena minim menerima pengetahuan – pengetahuan yang berasal dari luar wilayah mereka.
Kalau kondisinya seperti ini, lantas apa yang dipakai masyarakat untuk menerangi rumah – rumah mereka ketika malam telah menjelang?,  Bagaimana anak – anak mereka dapat belajar dengan maksimal kalau kondisinya kurang cukup penerangan? Bagaimana kalau mereka hendak melaksanakan hajatan pesta perkawinan atau kegiatan – kegiatan dusun lainnya pada malam hari? Pertanyaan – pertanyaan seperti itu cukup membuat masyarakat dusun ini sedih dan berderai air mata ketika orang luar bertanya pada mereka. Jika malam telah tiba, maka setiap keluarga mempersiapkan lampu teplok yang berbahan bakar minyak tanah sebagai media penerangan kondisnya memang cukup memprihatinkan, tetapi ini adalah satu – satunya media yang dapat digunakan, beberapa keluarga kaya bisa lebih beruntung karena dapat memakai lampu strongking sebagai sarana penerangan, tetapi karena tiap hari, maka lama – lama masyarakat kalangan kaya ini juga merasa cukup terkuras penghasilannya karena harga minyak tanah yang semakin melangit  bahkan melebihi harga premium, apalagi di dusun terpencil, harga minyak tanah bisa menjadi tiga kali lipat dari harga pasaran. Anak - anak sekolah juga tidak dapat belajar dengan maksimal pada malam hari, karena harus berbagi media penerangan dengan seluruh anggota keluarga.
Kalau kondisinya seperti itu, apakah masyarakat pernah berusaha untuk mengusulkan sarana penerangan listrik pada saat musrembangdes atau melalui forum – forum lainnya yang juga di. Menurut masyarakat, sejak sepuluh tahun yang lalu, usulan penerangan listrik sudah mulai diajukan pada forum musbangdes hingga masanya musrembangdes, namun semua mengalami kegagalan atau tidak ada yang direalisasikan. Masyarakat dusun ini tidak mengalami patah semangat, setiap ada forum pengusulan, maka prioritas pertama yang diajukan adalah sarana penerangan listrik.  Beberapa program yang juga masuk di wilayah ini seperti P2MPD, P2KP dan program – program yang berasal dari lembaga – lembaga donor lainnya, juga menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengajukan usulan sarana penerangan listrik. Namun hasilnya juga masih tetap nihil karena keterbatasan anggaran pada program – program tersebut.
Harapan masyarakat akan terpenuhinya sarana penerangan listrik sepertinya akan menemui titik terang ketika pada tahun 2007 di dusun ini mendapatkan bantuan penerangan listrik tenaga surya, namun ternyata yang datang hanya beberapa unit sehingga hanya dapat dimanfaatkan beberapa rumah. Masalahnya adalah bagaimana menentukan keluarga yang lebih berhak untuk mendapat bantuan ini. Proses penetapan rumah yang akan mendapat bantuan akhirnya ditentukan oleh pihak pemberi bantuan. Kondisi ini menimbulkan kekecewaan dan kecemburuan di kalangan masyarakat yang tidak mendapat. Sarana listrik tenaga surya ini tidak bertahan lama karena bahan lampu yang digunakan kurang tersedia di Kabupaten Bantaeng.

HARAPAN ITU AKHIRNYA DATANG JUGA
Tahun 2009 PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Bantaeng bertambah lokasi dan Kecamatan Sinoa menjadi lokasi baru PNPM Mandiri Perdesaan. Bagai mendapat semnagat baru, Kesempatan ini dimanfaatkan masyarakat Dusun Batu Langgayya untuk memperjuangkan usulan prasarana listrik  melalui MD Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Bantaeng, Desa Bonto Bulaeng. Masyarakat dengan suara bulat mendukung masyarakat dusun Batu Langgayya dengan usulan prasarana listriknya menjadi salah satu usulan masyarakat desa Bonto Bulaeng untuk diajukan pada MAD Prioritas Usulan Kecamatan Sinoa. Hasil Perengkingan Usulan listrik Desa Bonto Bulaeng menempati rangking 11 dari 12 usulan desa. Masyarakat cukup kecewa dan menyesal karena harapan yang sudah mulai dekat akhirnya kembali menjauh.  Para Delegasi Desa sepertinya tidak percaya bahwa usulan desa mereka yaitu pengadaan sarana penerangan desa menempati rangking yang paling buntut dan berdasarkan hitung – hitungan kasar akan sulit terdanai tahun ini.
Pada Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2010, salah satu metode yang digunakan adalah metode Optimalisasi dimana usulan desa yang desa yang belum terdanai tahun sebelumnya akan dapat langsung terdanai jika masih dibutuhkan oleh masyarakat dan tentu saja memenuhi prasyarat yang telah ditetapkan oleh program melalui proses validasi dan verifikasi yang dilaksanakan di masyarakat oleh Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan. Salah satu Usulan yang memenuhi syarat untuk di danai PNPM Mandiri Perdesaan  melalui mekanisme optimalisasi adalah Usulan sarana penerangan listrik yang diusulkan oleh masyarakat Desa Bonto Bualaeng. Kabar ini beredar dengan sepat di kalangan masyarakat dan disambut dengan sangat suka cita. Harapan yang tadinya menjauh kini dating jkembali dengan tingkat kepastian yang cukup tinggi. Di berbagai perjumpaan masyarakat, kabar ini menjadi kabar terhangat yang menjadi topic pembicaraan, dan masyarakat dusun Batu Langgayya tidak henti – hentinya mengucap syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mengabulkan doa mereka untuk dapat memiliki sarana penerangan listrik. Mimpi panjamg itu kini mulaiu terwujud dan masyarakat siap bahu – membahu untuk merealisasikannya.
MEREALISASIKAN HARAPAN
Untuk memastikan sarana prasarana penerangan listrik (PLTMH) yang didanai pleh PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Bonto Bualeang memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi masyarakat yang sudah sekian puluh tahun merindukan darangnya sarana ini, maka Tim Pengelola Kegiatan (TPK) bersama kades dan tokoh – tpkoh masyarakat segera melakukan rapat untuk mendiskusikan beberapa hal yang dianggap cukup mendukung pelaksanaan program, juga membahas masalah – masalah yang kemungkinan akan menghambat pelaksanaan program seperti ketidaksiapan lahan yang akan dipakai untuk membangun saluran penampungan dan juga lahan yang akan dipakai untuk tempat pembungunan Rumah Turbin. Adapun hasil musyawarah ini dituangkan dalam beberapa kesepakatan desa yang akan menjadi dasar dalam mendukung pelaksanaan program yaitu:
1.    Pemilik lahan baik untuk lokasi pembangunan bangunan intake maupun untuk lokasi yang dilalui oleh jalur pipa dan lokasi pembaunan rumah turbin dengan suka rela menghibahkan tanah miliknya yang dipakai untuk kegiatan program dan tidak akan menuntut ganti rugi.
2.    Masyarakat Siap bekerja untuk merealisasikan pembangunan sarana listrik ini. Baik yang RTM, maka akan dibayar sesuai dengan HOK yang disepakati dan bagi warga masyarakat yang mampu, maka akan membantu bekerja dengan sukarela.
3.    Masyarakat berswadaya dalam pengadaan Tiang – tiang yang akan digunakan untuk pembentangan kabel ke rumah – rumah serta membantu pemasangan kabel – kabel tersebut.
4.    Jalur listrik yang dibiayai oleh program hanya akan sampai di depan rumah masing – masing warga pemanfaat sementara instalasi dalam rumah akan ditanggung sendiri oleh pemilik rumah yang besarannya ditentukan sebagai berikut:
a.    1 Fitting, 1 saklar dan satu mata lampu sebesar Rp. 100.000,/rumah.
b.    3 Fitting dan 2 Saklar serta tiga bola lampu sebesar Rp. 250.000,-
Anggaran pelaksanaan kegiatan prasarana listrik ini adalah Rp. 267.284.000,- Dua Ratus Enam Puluh Tuju Juta Dua Ratus Delapan Puluh Empat Ribu Rupiah  dan tidak termasuk pemasangan instalasi  dalam rumah dan pengadaan bola lampu. Setelah Proses Penyelesaian dokumen persiapan pelaksanaan kegiatan akhirnya, pekerjaanpun dimulai, masyarakat bahu – membahu bekerja sama dalam membuat bendungan dibawah pengawasan Fasilitator Teknik kecamatan. Bagi masyarakat miskin, maka dibayar sesuai dengan HOK yang berlaku, sementara bagi warga masyarakat yang tergolong cukup mampu, juga melibatkan diri dalam dalam proses penyelesaian pekerjaan dengan suka rela cukup merasa gembira dalam berpartisipasi di semua tahapan pekerjaan. Kuatnya rasa solidaritas dan kegotongroyongan masyarakat Dusun Batu Langgayya menjadikan pekerjaan pembangunan prasarana listrik tenaga Mikrohidro di dusun ini dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pada Tanggal 04 Maret 2011, Bangunan PLTMH Dusun Batu Langgayya siap untuk diuji cobakan. Kegembiraan masyarakat semakin nampak dan mereka untuk hari itu sengaja meliburkan diri dari berbagai pekarjaan rutin mereka, seluruh penduduk kampung tua, muda anaka- anak, nenek – nenek, laki – laki dan perempuan beramai – ramai ke lokasi turbin untuk menyaksikan proses uji coba prasarana listrik yang telah lama mereka idam-idamkan. Sebagai bentuk kesyukuran warga masyarakat, maka setiap rumah menyiapkan makanan – makanan tradisional untuk disajikan pada tamu – tamu yang juga hadir pada waktu itu. Ratusan ekor ayam siap menjadi hidangan tamu yang datang yang rata – rata berasal dari ibu kota kecamatan dan Kabupaten. Pada pukul 16.00 Wita, Tepat, proses uji coba dilakukan. Dan Bismillahirrajmanirrahim turbin dinyalakan dan lampu seketika juga menyala, kegembiraan warga desa tidak terlukiskan, ada yang langsung sujud syukur, ada yang langsung berteriak Allahu Akbar da ada juga yang meneriakkan yel – yel “ nyala lampu….. nyala lampu, …. Nyala lampu.
Acara uji vcoba dilanjutkan dengan acara peresmian pemanfaatan sarana listrik ini pada tanggal 18 Maret 2011. Peresmian rencana akan dilakukan langsung oleh Bupati Bantaeng DR. HM. Nurdin Abdullah, M.Agr. Namun pada saat bersamaan ada kunjungan mentri perdagangan di kabupaten Bantaeng sehingga warga peresmian diwakili oleh Sekda Bantaeng.Setelah peresmian ini, masyarakat akhirnya dapat menikmati sarana penerangan listrik setelah sekian puluh tahun hanya dapat membayangkan terangnya kampung jika ada listrik. Sebagai ungkapan kesyukuran masyarakat, maka pada saat peresmian PLTMH ini masyarakat secara bersama – sama mengumpulkan uang guna keperluan pelaksanaan acara peresmian, hingga mereka dapat memotong seekor sapi dari hasil urunan warga masyarakat. Pada saat peresmian ini disampaikan kepada masyarakat bahwa Anggaran prasarana PLTMH yang berasal dari PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Bantaeng berjumlah total Rp. 267.284.000,- dan total swadaya masyarakat mencapai Rp. 80.000.000,
Kini masyarakat tidak lagi hidup dalam kegelapan ketika malam telah tiba. Anak – anak sekolah juga bertambah gairahnya untuk belajar pada malam hari. Bahkan sebagian masyarakat sudah memanfaatkan sarana penerangan listrik ini dengan untuk meningjkatkan kegiatan usahanya. Selamat Datang terang dan Selamat Tinggak kegelapan……….
Bantaeng, 21 Oktober 2011

Senin, 25 Juli 2011

TANTANG DAN SOLUSI MANAGEMEN PENANGGULANGAN KEMISKINA DI KAB. BANTAENG

Oleh: Ruslan Daud Mendogu
( Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan Kab. Bantaeng)


I.              PENDAHULUAN

Berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), kemiskinan merupakan sebuah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Oleh sebab itu kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan pendapatan, tetapi juga mencakup kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin dan keterbatasan akses masyarakat miskin dalam penentuan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Dengan demikian penanggulangan kemiskinan akan berkaitan erat dengan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan terhadap hak-hak dasar masyarakat miskin, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik yang secara normative merupakan tanggung jawab negara kepada warga Negara agar masyarakat tidak jatuh miskin dan masyarakat miskin harus segera dipulihkan hak haknya agar dapat mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak  pada saat ini bukan menghasilkan tahapan penyelesaian masalah tetapi justru melahirkan permasalahan baru. Strategi para pihak  dalam penanggulangan kemiskinan seringkali tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Problematika kemiskinan sangat kompleks. Faktanya penanganan kemiskinan selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya belum optimal. Kerelawanan social dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Oleh karena itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Penanggulangan kemiskinan memerlukan strategi besar yang bersifat holistik dengan program yang saling mendukung satu dengan lainnya sehingga upaya pemahaman terhadap penyebab kemiskinan perlu dilakukan dengan baik. Adapun yang menjadi elemen utama dalam strategi besar tersebut adalah pendekatan people driven dimana rakyat akan menjadi aktor penting dalam setiap formulasi kebijakan dan pengambilan keputusan politis. Untuk mensukseskan hal itu diperlukan pelaksanaan perubahan paradigma yang meredefinisi peran pemerintah yang akan lebih memberi otonomi pada rakyat, adanya transformasi kelembagaan dari yang bersifat represif menjadi representatif, dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan (Dillon, 2001).

Kamis, 23 Juni 2011

Memilih Menjadi Aktifis Pemberdayaan Masyarakat

Oleh : Ruslan Daud Mendogu

Menjadi seorang aktifis (LSM, KSM, dan bentuk-lainnya) adalah pilihan yang ditetapkan dengan kesadaran penuh akan beban tanggungjawab yang harus dipertanggunggugatkan pada masyarakat umum yang selama ini kita pakai nama mereka untuk mengakses berbagai program dan kegiatan.  Pilihan menjadi aktifis bukan pilihan terakhir dari berbagai pilihan yang kita sanggup bersaing didalamnya, baik secara materi maupun secara SDM yang kita miliki dan kita tidak lagi memiliki pilihan lain selain dunia aktifis.

Jangan pernah mempersoalkan cara masuk kita dalam dunia yang sebagian besar masyarakat Indonesia hanya dipandang sebelah mata dan tidak ada apresiasi, yang diberikan kepada indifidu yang bergelut dengan dunia seperti ini yang pada tingkatan tertentu seseorang harus mengorbankan apa yang dimilikinya agar proses perjuangan terus berkelanjutan. Dunia yang satu ini bukan dunia pegawai yang dapat menjamin dapur kita tetap megenpul walaupun kita tidak menjalankan tugas – tugas yang menjadi kewajiban kita untuk melaksanakannya yang dengan itu kita digaji rakyat setiap bulannya. Dunia ini juga bukan dunia pekerja perusahaan yang memberikan gaji yang sangat tinggi dan hadiah-hadiah bagi prestasi yang kita capai. Dunia aktifis adalah dunia yang sebagian orang menganggapnya sebagai dunia antah berantah yang hanya ada diawang-awang  Dunia asing yang banyak belum dipahami oleh sebagiam besar orang bahkan kita sendiri yang ada didalamnya.

Sebagian aktifis LSM menganggap dunia ini (Aktifis) sebagai dunia pelarian dari berbagai pilihan yang kita tidak mampu bersaing didalamnya. Dunia LSM adalah dunia yang hanya dijadikan persinggahan sementara sebelum kita berada pada pilihan yang benar-benar kita harapkan. Dunia ini bagi kalangan kita sendiri yang bergelut didalamnya hanya  ditempatkan  pada pilihan paling buncit dari semua pilihan yang ada diotak kita. Dunia yang sehari-harinya kita geluti ini, tidak pernah menjadikan kita sadar dan memahami bahwa pilihan untuk tetap berada pada dunia ini adalah pilihan yang harus dipertanggungngjawabkan terlepas dari cara kita berada didalamnya baik sebagai pelarian maupun memang dunia yang satu ini menjadi pilihan utama kita dari berbagai pilihan yang menggiurkan dan menjanjikan perbaikan kualitas kesejahteraan indifidu yang terkait didalamnya.

Minggu, 19 Juni 2011

PELATIHAN PANITIA LELANG KABUPATEN BANTAENG

Peserta Pelatihan Panitia Lelalng di Kecamatan Bissappu 
 
Pelelangan atau Pengadaan Barang dan jasa dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah merupakan tahapan yang cukup vital sebelum melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana atau pelaksanaan kegiatan pelatihan masyarakat. Karena memiliki peran yang cukup strategis, maka diperlukan penguatan kapasitas pada Tim Panitia lelang di masing - masing desa yang mendapatkan penganggaran dari PNPM Mandiri Perdesaan.

Pengadaan barang dan jasa dalam PNPM Mandiri Perdesaan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan sisa hasil lelang, tetapi lebih pada upaya penguatan SDM masyarakat khususnya dalam memahami proses pelelangan atau pengadaan barang dan jasa baik dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan secara Umum proses pengadaan barang dan jasa yang juga dilaksanakan oleh lembaga - lembaga pemerintah.

Senin, 13 Juni 2011

Pokja RBM Kabupaten Bantaeng Terbentuk

Oleh : Ruslan Daud Mendogu
Suasana Workshop Perencanaan RBM Kab. Bantaeng
Ruang Belajar Masyarakat yang disingkat RBM atau Rubelmas adalah salah satu program dalam PNPM Mandiri Perdesaan meupakan sebuah program yang dirancang untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi masyarakat perdesaan dalam mengelola partispatif masyarakat di berbagai proses pembangunan yang ada di daerahnya. Dengan adanya program ini, maka diharapkan akan muncul kultur belajar di kalangan masyarakat yang terstruktur, terorganisir dan sistimatis serta dilakukan secara terus menerus. Sasaran program ini adalah semua pelaku PNPM Mandiri Perdesaan baik pada tingkat desa hingga tingkat Kabupaten, baik bagi masyarakat sendiri, fasilitator maupun aparat pemerintah memiliki konsen terhadap upaya - upaya pemberdayaan masyarakat miskin perdesaan.